Di tengah penantian panas akan konsol generasi berikutnya, para gamer di pasar Barat, khususnya Amerika Serikat, dikejutkan oleh fenomena yang tak terduga. Bukan harga Nintendo Switch 2 yang menjadi perbincangan, melainkan harga konsol Nintendo Switch model lama yang tiba-tiba merangkak naik di berbagai ritel besar. Fenomena ini memicu kebingungan dan frustrasi, dengan satu biang keladi utama yang akarnya tertanam dalam kebijakan politik beberapa tahun lalu: perang dagang.
Para calon pembeli yang berharap bisa mendapatkan Switch dengan harga diskon menjelang akhir siklus hidupnya justru harus menelan pil pahit. Di beberapa platform ritel besar seperti Amazon dan Best Buy, harga semua model Nintendo Switch, dari versi Lite hingga OLED, terlihat meningkat, mematahkan ekspektasi pasar yang seharusnya menurun.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Jawabannya bukanlah strategi dari Nintendo, melainkan dampak tertunda dari sebuah kebijakan ekonomi yang dikenal sebagai "Tarif Trump".
Penyebab Utama: Tarif Impor dari Perang Dagang yang Kembali Menghantui
Akar masalah ini adalah Tarif Bagian 301 (Section 301 Tariffs), serangkaian pajak impor yang diberlakukan oleh pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump terhadap barang-barang yang diproduksi di Tiongkok. Meskipun Nintendo telah berupaya memindahkan sebagian produksinya ke negara lain seperti Vietnam, sebagian besar komponen dan proses perakitan Nintendo Switch masih sangat bergantung pada rantai pasok di Tiongkok.
Selama beberapa tahun, banyak produk elektronik, termasuk konsol game, mendapatkan pengecualian sementara dari tarif ini. Namun, pengecualian tersebut kini telah berakhir atau tidak diperpanjang. Akibatnya, importir dan distributor yang membawa Nintendo Switch ke pasar AS harus menanggung biaya pajak impor tambahan yang signifikan, yang bisa mencapai 25%.
"Ini adalah efek domino yang tak terhindarkan," jelas seorang analis pasar teknologi. "Importir membayar lebih mahal karena tarif, biaya itu kemudian dibebankan kepada ritel, dan pada akhirnya, konsumenlah yang harus membayar harga akhirnya. Nintendo tidak menaikkan harga dari pabrik, tetapi seluruh rantai distribusi setelahnya mengalami pembengkakan biaya."
Kenaikan dijumpai oleh VGC yang menemukan sejumlah listing untuk switch pada target marketplace terdampak kenaikan harga.
Menghitung Kerugian: Seberapa Besar Kenaikan Harga Nintendo Switch?
Untuk memahami seberapa besar pukulan ini bagi dompet konsumen, kita perlu membandingkan harga baru dengan harga standar yang sudah kita kenal selama bertahun-tahun.
Secara historis, harga eceran yang disarankan (MSRP) di pasar AS sangat stabil:
Nintendo Switch Lite: $199.99
Nintendo Switch (Model Standar): $299.99
Nintendo Switch (Model OLED): $349.99
Namun, akibat pemberlakuan kembali tarif impor, harga-harga ini tidak lagi menjadi patokan yang pasti. Kenaikannya bervariasi antar ritel, tetapi trennya jelas meningkat di semua lini.
Bahkan model paling terjangkau, Nintendo Switch Lite, yang memiliki harga standar $199.99, kini dijual di angka sekitar $219 hingga $229 di banyak tempat. Kenaikan ini sangat terasa bagi segmen pasar yang paling sensitif terhadap harga, seperti pelajar atau keluarga yang mencari opsi gaming lebih ekonomis.
Untuk Nintendo Switch model standar yang seharusnya berharga $299.99, konsumen kini melaporkan harga baru di kisaran $320 hingga $340 di beberapa ritel besar. Ini adalah kenaikan signifikan sebesar $20 hingga $40 per unit.
Situasi lebih parah untuk Nintendo Switch model OLED. Dari harga normal $349.99, beberapa listing kini menembus angka $380 hingga $400. Ini adalah "biaya tambahan" tak terduga hingga $50 per konsol.
Kenaikan ini merupakan pukulan telak. Angka $20 hingga $50 mungkin terdengar sepele bagi sebagian orang, tapi itu adalah harga satu game baru atau aksesoris tambahan yang kini harus dikorbankan oleh konsumen. Ini seperti 'pajak tak terlihat' yang tiba-tiba muncul di kasir, dibebankan kepada gamer untuk kebijakan yang dibuat bertahun-tahun lalu.
Dampak bagi Gamer dan Pasar: Waktu yang Buruk untuk Membeli
Kenaikan harga ini datang pada saat yang paling canggung. Dengan rumor Nintendo Switch 2 yang semakin kencang, banyak gamer berada dalam posisi menunggu. Namun, bagi mereka yang anaknya baru berulang tahun atau yang konsol lamanya rusak, pilihan menjadi sulit, terlepas dari model yang mereka incar. Mereka harus membeli Switch lawas dengan harga yang lebih mahal dari seharusnya, atau menunggu tanpa kepastian.
Situasi ini menciptakan sebuah anomali pasar: produk teknologi yang seharusnya semakin murah seiring usianya, justru menjadi lebih mahal karena faktor geopolitik. Ini adalah pengingat yang jelas bahwa harga sebuah produk di rak toko tidak hanya ditentukan oleh produsen, tetapi juga oleh jaringan perdagangan global dan kebijakan politik yang kompleks.
Bagi para gamer, ini adalah 'warisan' tak terduga dari era perang dagang yang dampaknya baru benar-benar terasa sekarang. Saat dompet semakin tipis, keputusan untuk membeli konsol idaman kini harus dibarengi dengan pertimbangan tarif impor yang membuat semua orang gigit jari.