Ad code

Gamer Mengamuk! Petisi Tolak Sensor Game Dewasa di Steam Tembus 200.000, Visa & MasterCard Dituduh Munafik


Sebuah gelombang perlawanan masif dari komunitas gamer global kini mencapai titik puncaknya. Petisi anti-sensor terbesar yang pernah menargetkan Steam telah berhasil mengumpulkan lebih dari 200.000 tanda tangan dan tampaknya tidak akan melambat. Angka ini secara telak menenggelamkan petisi tandingan pro-sensor yang sebelumnya menjadi pemicu utama "pembersihan" di toko digital game terbesar di dunia itu.

Kekisruhan ini bermula pada pertengahan Juli 2025, ketika Valve, perusahaan di balik Steam, mulai menghapus ratusan game bertema dewasa dari platform mereka. Tindakan ini memicu reaksi keras dari para pengguna, yang kemudian bersatu di bawah bendera sebuah petisi online di change.org. Gerakan ini mendapatkan momentum luar biasa, sejalan dengan kemarahan di media sosial yang dipicu oleh aksi grup aktivis Australia, Collective Shout.

Grup aktivis inilah yang menjadi biang keladi, setelah berhasil melobi raksasa pemroses pembayaran untuk memaksa Steam menghapus game-game dengan tema fetish tertentu.

Perlawanan Gamer Tumbuh Tiga Kali Lipat Lebih Cepat

Dalam waktu yang sangat singkat, dukungan terhadap petisi anti-sensor ini meledak. Hanya dalam sepuluh hari, dari sekitar 16.000 tanda tangan pada 22 Juli, angka tersebut meroket hingga hampir 224.000 pada sore hari tanggal 2 Agustus.

Sebagai perbandingan, dalam waktu kurang dari dua minggu, petisi perlawanan ini berhasil mengumpulkan dukungan tiga kali lebih banyak daripada yang didapatkan kampanye Collective Shout dalam waktu empat bulan. Hingga kini, momentumnya terus terjaga, dengan liputan media dan perhatian di media sosial yang terus meluas.

Tuduhan Munafik: "Fiksi Bukanlah Realitas"

Isi dari petisi ini terus diperbarui, namun pesannya tetap sama. Para gamer menuduh pemroses pembayaran seperti Visa dan MasterCard berlaku munafik dalam kebijakan mereka. Mereka menyoroti bagaimana konten legal yang menampilkan karakter digital fiktif menjadi sasaran, sementara industri seperti pornografi yang mengeksploitasi manusia sungguhan justru dibiarkan.

"Grup-grup 'aktivis' ini tidak mewakili suara semua orang," tulis kreator petisi yang menggunakan nama samaran Zero Ryoko.

Hingga saat ini, lebih dari 400 game dewasa telah lenyap dari Steam. Collective Shout mengklaim bahwa mereka hanya menargetkan konten fetish paling ekstrem yang mengandung tema inses, pemerkosaan, dan kekerasan pada anak. Namun, para penentang mereka menganggap argumen itu tidak relevan.

"Fiksi bukanlah realitas," tegas Ryoko dalam halaman awal petisinya. Ia menegaskan bahwa visi artistik dan kebebasan pasar harus dihormati dan dilindungi dalam "masyarakat demokratis yang sehat."

Efek domino dari gelombang sensor ini bahkan telah menyebar ke platform lain. Itch.io, sebuah platform yang populer di kalangan developer indie, terpaksa menyembunyikan semua game dewasa dari hasil pencariannya sambil meninjau ulang secara manual setiap game untuk menghindari pelanggaran aturan yang ambigu dari pemroses pembayaran.

Meskipun perlawanan terus menguat, Valve berada di posisi yang sangat sulit. Mengingat ukuran pasarnya, hampir mustahil bagi Valve untuk meninggalkan Visa dan MasterCard secara sukarela, karena kedua perusahaan tersebut mendominasi mayoritas pemrosesan pembayaran di dunia, kecuali Tiongkok. Belum ada satu pun alternatif yang sepadan, sehingga mengganti mereka akan membutuhkan integrasi dengan banyak pemroses regional yang lebih kecil—sebuah tugas logistik yang monumental.

flyer code

LIVESAYA NETWORK
LIVE sedang offline

Dukungan Anda Berarti

Situs ini didanai oleh iklan untuk bisa terus membuat konten game dan pop culture. Mohon matikan AdBlock untuk melihat halaman ini.