Sebuah tren TikTok baru menunjukkan pelari mengambil minuman isotonik dan tidak membayarnya. Ini bukan cuma konten, tapi ada oknum yang benar-benar mencuri. Kenali bahaya hukum dan dampak nyata bagi para kasir minimarket.Gulir-gulir linimasa TikTok, kita sering menemukan tren yang aneh. Namun, baru-baru ini muncul sebuah tren yang melintasi batas antara konten konyol dan tindakan kriminal. Tren ini melibatkan para pelari—atau oknum yang mengaku pelari—yang masuk ke minimarket, mengambil sebotol minuman isotonik, langsung meminumnya, lalu pergi begitu saja sambil memamerkan statistik lari mereka di aplikasi Strava.
Sekilas, ini mungkin tampak seperti lelucon yang diedit. Namun, kenyataannya jauh lebih pahit. Ada oknum yang benar-benar melakukan aksi ini tanpa membayar, meninggalkan kerugian dan masalah bagi pihak yang paling tidak bersalah: para kasir minimarket.
Artikel ini akan membedah secara mendalam mengapa tren berbahaya ini bisa muncul, apa saja risikonya, dan siapa korban sebenarnya di balik konten "demi viral" ini.
Membedah Tren: Dari Olahraga Menjadi Aksi Kriminal?
Tren ini, yang sering muncul di bawah tagar seperti #pocarisweattrend, memiliki formula yang sama:
Aksi: Seseorang berpakaian lari masuk ke minimarket (biasanya Alfamart atau Indomaret).
Pencurian: Mereka membuka kulkas, mengambil sebotol minuman (umumnya Pocari Sweat), dan langsung meminumnya di tempat.
"Bukti": Mereka kemudian menempelkan ponsel ke kaca kulkas, menunjukkan tangkapan layar aplikasi lari seperti Strava seolah itu adalah pembenaran atas tindakan mereka.
Hasil: Pelaku pergi tanpa membayar, meninggalkan botol kosong atau yang sudah terbuka.
Meskipun banyak video awal mungkin hanya rekayasa, tren ini dengan cepat ditiru oleh oknum yang benar-benar tidak membayar. Seperti yang terlihat dalam salah satu video viral, seorang kasir Alfamart dengan wajah lelah menunjukkan botol minuman yang sudah terbuka dan diminum namun ditinggalkan begitu saja di rak. Video tersebut diberi tulisan pedih: "Buat trend sanggup, Bayar ga sanggup."
Fakta di Balik Layar #1: Dorongan Psikologis Bernama FOMO
Mengapa ada orang yang mau melakukan hal memalukan ini demi konten? Jawabannya terletak pada fenomena psikologis yang disebut FOMO (Fear of Missing Out) atau ketakutan ketinggalan zaman.
Definisi: FOMO adalah kecemasan yang timbul saat seseorang merasa orang lain sedang bersenang-senang atau mengalami hal menarik tanpanya. Di era media sosial, FOMO mendorong orang untuk ikut serta dalam tren apa pun agar merasa menjadi bagian dari komunitas dan mendapatkan validasi sosial (like, comment, share).
Dampak: Demi mendapatkan validasi ini, logika dan empati seringkali dikesampingkan. Pelaku hanya fokus pada hasil akhir (video viral), bukan pada proses atau dampak tindakannya.
Fakta di Balik Layar #2: Ini Bukan Candaan, Ini Tindak Kriminal
Banyak pelaku mungkin berlindung di balik alasan "cuma konten". Namun, secara hukum, tindakan mengambil barang di toko tanpa membayarnya memiliki definisi yang jelas.
Dasar Hukum: Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) di Indonesia, tindakan mengambil barang milik orang lain tanpa izin dengan maksud untuk memiliki adalah pencurian, yang diatur dalam Pasal 362.
Risiko Hukum: Meskipun nilai barang yang dicuri kecil (di bawah Rp 2,5 juta), tindakan ini tetap digolongkan sebagai Tindak Pidana Ringan (Tipiring). Jika tertangkap dan dilaporkan, pelaku bisa dikenai sanksi, mulai dari denda hingga proses hukum yang akan merusak catatan pribadi mereka.
Korban Sebenarnya: Kisah Pilu di Balik Meja Kasir
Di balik setiap video konyol ini, ada korban nyata yang menanggung dampaknya: para karyawan minimarket.
Fakta di Lapangan: Sudah menjadi rahasia umum dan praktik di banyak jaringan ritel di Indonesia, setiap ada barang yang hilang atau rusak (shrinkage), kerugian tersebut seringkali dibebankan kepada karyawan yang sedang bertugas. Gaji mereka dipotong untuk menutupi nilai barang yang dicuri.
Dampak Nyata: Uang belasan ribu rupiah dari sebotol minuman mungkin tidak berarti bagi si pembuat konten, tetapi bagi seorang kasir, akumulasi dari tindakan seperti ini bisa sangat berarti dan memotong penghasilan bulanan mereka yang sudah pas-pasan.
Konten receh yang dibuat dalam hitungan menit bisa berdampak langsung pada kemampuan seorang karyawan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Kesimpulan: Jadilah Kreator Cerdas, Bukan Pelaku Kriminal
Tren "Lari Gak Bayar" adalah cerminan kelam dari budaya FOMO yang kebablasan. Ia mengubah aktivitas positif seperti olahraga menjadi kedok untuk tindakan tidak terpuji yang memiliki konsekuensi hukum dan merugikan orang lain secara finansial.
Pada akhirnya, kreativitas sejati tidak pernah dibangun di atas kerugian orang lain. Ada ribuan cara untuk membuat konten yang positif dan menghibur tanpa harus merendahkan diri dengan mencuri. Olahraga itu untuk kesehatan dan kebugaran, bukan untuk dijadikan alasan merugikan sesama.
Tags: Tren TikTok, Pelari FOMO, Pocari Sweat, Viral TikTok, Pencurian di Minimarket, Kasir Alfamart, Hukum Pengutilan, Bahaya Tren Medsos, Strava, Konten Kreator.