Ad code

Sony A6000 di Tahun 2025: Masih 'Raja Kamera Budget' atau Sekadar Nostalgia yang Terlalu Mahal?

Sony A6000, sebuah nama yang tidak asing di telinga para fotografer dan videografer. Kamera mirrorless ini pernah menyandang status legendaris, menjadi idola bagi "kaum kere hore" yang ingin memulai perjalanan sebagai kreator konten dengan alat yang mumpuni tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Namun, seiring berjalannya waktu dan pesatnya perkembangan teknologi, satu pertanyaan besar muncul: apakah Sony A6000 masih layak dibeli di tahun 2025?

Seorang reviewer dalam video terbarunya memberikan jawaban yang mungkin akan mengejutkan banyak penggemar kamera ini: sudah tidak lagi. Menurutnya, meski menyandang status legendaris, Sony A6000 kini telah menjadi pilihan yang kurang bijak, terutama jika melihat harga pasarannya yang masih tinggi.

Harga yang Menolak Turun, Fitur yang Tergerus Zaman

Alasan utama di balik rekomendasi "jangan dibeli" ini adalah harganya. Sejak pertama kali dirilis hingga sekarang, harga bekas Sony A6000 secara ajaib bertahan stabil di kisaran Rp 5 juta hingga Rp 7 jutaan. Di satu sisi, ini menunjukkan betapa populernya kamera ini. Namun di sisi lain, dengan harga tersebut, pengguna mendapatkan teknologi yang sudah jauh tertinggal.

"Harga kamera ini benar-benar stabil, bahkan dalam keadaan terburuk sekalipun," jelas sang reviewer. "Tapi untuk 2025, harganya sudah tidak layak di Rp 5 juta."

Keterbatasan Fatal untuk Kreator Konten Modern

Harga yang tinggi menjadi masalah ketika kita membedahnya dari sisi fitur. Menurut reviewer, ada empat "deal breaker" utama yang membuat A6000 sulit direkomendasikan untuk kreator video masa kini:

  1. Absennya Port Mikrofon: Ini adalah kekurangan paling krusial. Tanpa input mic eksternal, pengguna terpaksa merekam audio secara terpisah dan menyinkronkannya di tahap editing. Sebuah proses yang memakan waktu dan sangat tidak efisien.

  2. Layar yang Terbatas: Layar Sony A6000 hanya bisa dilipat ke atas dan ke bawah (tilt screen). Ini membuatnya tidak praktis untuk vlogging atau merekam diri sendiri, karena pengguna tidak bisa melihat hasil rekaman secara langsung.

  3. Resolusi Video yang Tertinggal: Kamera ini hanya mampu merekam video hingga resolusi Full HD (1080p). Di era di mana konten 4K sudah menjadi standar, fitur ini terasa usang, apalagi untuk kamera seharga Rp 5 jutaan.

  4. Tanpa Layar Sentuh: Navigasi menu dan pengaturan titik fokus harus dilakukan sepenuhnya melalui tombol fisik, sebuah pengalaman yang terasa kaku dibandingkan kamera modern.

Alternatif Juara di Rentang Harga yang Sama: Panasonic Lumix G7

Lalu, jika bukan A6000, apa pilihan terbaiknya? Sang reviewer dengan tegas menunjuk Panasonic Lumix G7 sebagai "raja" baru di kelasnya. Dengan harga yang setara, Lumix G7 menawarkan solusi untuk semua kelemahan A6000:

  • Video 4K

  • Layar  (bisa diputar ke segala arah)

  • Port mikrofon eksternal

  • Layar sentuh (touchscreen)

Selain Lumix G7, ada juga Canon R100 yang menjadi alternatif modern, atau Sony NEX-7 bagi mereka yang memiliki budget lebih terbatas namun tetap menginginkan kualitas gambar setara A6000 dengan tambahan port mikrofon.

Kesimpulan

Sony A6000 bukanlah kamera yang buruk, ia adalah legenda pada masanya. Namun, di tahun 2025, ia menjadi sebuah produk dengan harga yang tidak lagi sepadan dengan nilainya. Jika Anda menemukan kamera ini dengan harga di bawah Rp 4 juta, mungkin masih bisa dipertimbangkan. Namun, jika budget Anda adalah Rp 5 juta atau lebih, ada banyak pilihan lain yang jauh lebih superior.

Saatnya beralih dari nostalgia dan memilih alat yang benar-benar menunjang produktivitas Anda sebagai kreator modern.


flyer code

LIVESAYA NETWORK
LIVE sedang offline

Dukungan Anda Berarti

Situs ini didanai oleh iklan untuk bisa terus membuat konten game dan pop culture. Mohon matikan AdBlock untuk melihat halaman ini.