Pernah ga sih kalian mikir ,"Andai aku kaya raya,Semua masalah hidup pasti tertangani'? jika benar,maka kalian tidak sendirian.banyak juga orang beranggapan seperti itu.Tapi, apa iya memiliki banayak uang itu akan bikin kita menjadi bahagia ?
Ternyata, tidak seperti apa yang kalian fikirkan loh! Menurut seorang psikoterapis bernama Clay Cockrell yang khusus menangani para miliuner di New York,Memiliki kekayaan yang melimpah justru membuat sember masalah. Cockrell bilang, dia sampai berhenti berharap jadi orang kaya setelah melihat langsung gimana para kliennya menderita .
Fenomena 'Uang tidak cukup'
Cockrell mengatakan fenomena ini sebagai "efek toksik dari berkelimpahan ". seperti ini,banyak orang berfikir. "jika aku memiliki uang Rp.166 miliar,aku akan merasa lebih aman.", Tapi begitu mereka mendapatkannya ,muncul fikiran, "sepertinya aku butuh Rp.832 miliar deh." Siklus ini tidak habisnya.Intinya, Kebahagian itu tidak diukur dari berapa banyaknya saldo yang ada di rekening.
Jadi, apa ya yang bikin bahagia? Menurut Cockrell, kebahagian itu datang dari hal-hal diluar Uang. Bisa dari filatropi,Menjalin hubungan baik dengan orang lain , atau membagun sesuatu dari nol. Ambisi itu penting, tapi harus selaras dengan tujuan hidup yang lebih besar.
Masalah Unik Para Miliuner
Kalian mungkin mikir, "Apa sih masalahnya orang kaya? Palingan cuma masalah sepele." Nah, Cockrell justru terkejut dengan keluhan-keluhan mereka, yang dia sebut sebagai "masalah dunia pertama". Contohnya, "Di mana gue harus parkir kapal pesiar?" atau "Gimana cara bagi warisan ke anak-anak?"
Meskipun terdengar remeh, Cockrell percaya bahwa keluhan-keluhan itu nyata dan harus diakui sebagai masalah. Uang memang bisa menyelesaikan banyak masalah, tapi enggak semua. Dia menemukan bahwa kekayaan justru bisa mempersulit hidup, membuat mereka kurang empati, dan sering kali terputus dari dunia nyata.
Punya Uang Banyak Malah Jadi Paranoid?
Cockrell juga bilang, para miliuner sering kali jadi sangat terisolasi dan paranoid. Mereka takut orang lain mendekati mereka hanya karena kekayaan atau ketenaran. Rasa curiga ini membuat mereka sulit menjalin hubungan baru dan akhirnya hanya bergaul dengan orang-orang yang setara dengan mereka.
"Apa kamu datang ke hidupku cuma karena apa yang bisa kulakukan buatmu?" pertanyaan ini sering muncul di benak mereka.
Tantangan Jadi Anak Miliuner
Bukan cuma orang tuanya, anak-anak miliuner juga punya masalahnya sendiri. Menurut Cockrell, orang tua kaya sering berusaha "menyelamatkan" anak-anak mereka dari kesulitan. Padahal, mengatasi kesulitan itulah yang membentuk karakter seseorang.
Bayangin aja, anak-anak yang terbiasa dengan jet pribadi dan liburan mewah sejak kecil, bisa merasa cepat bosan karena merasa sudah mencoba segalanya. Akhirnya, mereka malah mencari adrenalin lewat hal-hal berisiko seperti penyalahgunaan narkoba.
Selain itu, mereka juga punya tekanan besar untuk bisa "mengungguli" orang tua mereka. Ini yang bikin mereka kehilangan tujuan hidup atau merasa depresi karena harus terus berada di bawah bayang-bayang kesuksesan orang tua.
Pelajarannya Buat Kita
Dari semua cerita ini, Cockrell ngasih satu pesan penting buat kita semua. Jangan pernah berpikir bahwa jadi kaya raya itu adalah satu-satunya rahasia kebahagiaan. Jika kalian merasa "kalau gue naik gaji, gue bakal bahagia," coba deh lihat mereka yang sudah punya segalanya tapi enggak bahagia.
Menurutnya, kebahagiaan sejati ada di hubungan yang baik, keluarga, dan kontribusi yang kita berikan ke masyarakat. Jadi, daripada ngejar angka di rekening, mending fokus buat membangun hal-hal yang benar-benar berharga di hidup kita.
Search Description: Mengungkap sisi lain kekayaan. Psikoterapis miliuner, Clay Cockrell, menjelaskan kenapa banyak uang tidak menjamin kebahagiaan dan masalah unik yang dihadapi orang superkaya.
Tags: psikologi, kebahagiaan, miliuner, kekayaan, kesehatan mental, Clay Cockrell, hubungan, keluarga, ambisi, uang