Ad code

Wajib Pindai Wajah untuk Buka Medsos? Mengenal Online Safety Act Inggris yang Kontroversial

Bayangkan jika setiap kali Anda ingin membuka media sosial, bermain game online, atau mengakses situs web tertentu, Anda harus terlebih dahulu memindai wajah Anda dan menyerahkan dokumen identitas untuk membuktikan usia Anda. Skenario yang terdengar seperti film fiksi ilmiah distopia ini kini menjadi kenyataan di Inggris Raya (UK) melalui peraturan baru yang disebut Online Safety Act.

Meskipun memiliki niat baik, kebijakan ini memicu perdebatan sengit dan dianggap sebagai ancaman serius bagi privasi dan kebebasan di dunia maya.

Apa Itu Online Safety Act?

Online Safety Act adalah undang-undang yang disahkan di Inggris pada tahun 2023. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi anak-anak dan pengguna muda dari berbagai bahaya di internet. Bahaya tersebut mencakup paparan konten berbahaya seperti:

  1. Konten dewasa (pornografi).
  2. Materi yang mempromosikan tindakan menyakiti diri sendiri (self-harm) atau bunuh diri.
  3. Online bullying (perundungan siber).
  4. Algoritma media sosial yang bersifat adiktif.

Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah mewajibkan platform online—termasuk media sosial, situs web, aplikasi kencan, bahkan platform game—untuk menerapkan sistem verifikasi usia yang ketat.

Niat Baik yang Diselimuti Kekhawatiran Besar

Seperti yang disorot dalam video oleh Eno Bening, niat di balik peraturan ini sangat mulia: melindungi generasi muda. Namun, metode yang diterapkan dianggap "kelewatan" dan "tiran" oleh banyak pihak.

Alih-alih hanya membatasi anak-anak, peraturan ini memaksa semua pengguna, termasuk orang dewasa, untuk melalui proses verifikasi yang invasif. Metode verifikasinya antara lain:

  1. Pindai Wajah (Face Scan): Menggunakan teknologi AI untuk memperkirakan usia berdasarkan biometrik wajah.
  2. Dokumen Identitas: Mengunggah foto KTP atau dokumen resmi lainnya.
  3. Data Perbankan: Verifikasi melalui informasi kartu kredit.

Ancaman Serius Terhadap Privasi dan Keamanan Data

Kritik utama terhadap Online Safety Act adalah potensi risiko keamanan data yang sangat besar. Dengan mewajibkan jutaan pengguna menyerahkan data paling pribadi mereka (biometrik wajah, nomor identitas, informasi finansial), platform-platform ini akan menjadi "tambang emas" bagi para peretas.


Jika terjadi kebocoran data, konsekuensinya bisa sangat fatal. Data pribadi ini dapat disalahgunakan untuk penipuan, pencurian identitas, dan kejahatan siber lainnya. Pertanyaannya, apakah solusi untuk satu masalah justru menciptakan masalah baru yang lebih besar?

Dampak Meluas: Dari Reddit Hingga Xbox

Peraturan ini tidak hanya berlaku untuk platform media sosial umum. Cakupannya sangat luas, meliputi:

  • Situs forum seperti Reddit.
  • Aplikasi kencan seperti Grindr.
  • Platform game online seperti Xbox.

Ini berarti hampir seluruh ekosistem digital yang biasa kita nikmati akan terasa lebih sulit diakses dan berpotensi mengumpulkan data pribadi kita.

Reaksi Publik: Petisi dan Penolakan Massal

Kebijakan ini langsung mendapat reaksi keras dari publik. Seperti yang disebutkan dalam video, sebuah petisi yang menuntut pencabutan aturan ini berhasil mengumpulkan hampir 400.000 tanda tangan hanya dalam lima hari. Ini menunjukkan bahwa kekhawatiran tentang privasi dan sensor berlebihan dirasakan oleh banyak orang.

Jika platform gagal menerapkan sistem verifikasi usia ini, mereka akan menghadapi denda yang sangat besar, yaitu hingga £18 juta (sekitar Rp 360 miliar) atau 10% dari pendapatan global mereka. Dengan ancaman denda sebesar ini, mau tidak mau perusahaan teknologi besar akan patuh.

Kesimpulan: Dilema Antara Keamanan Anak dan Privasi Universal

Online Safety Act di Inggris menempatkan kita di persimpangan jalan yang sulit. Di satu sisi, ada kebutuhan mendesak untuk menciptakan lingkungan online yang lebih aman bagi anak-anak. Di sisi lain, solusi yang ditawarkan berisiko mengorbankan privasi data dan kebebasan berinternet bagi seluruh masyarakat.

Pada akhirnya, ini memunculkan pertanyaan fundamental: Seberapa jauh kita bersedia mengorbankan privasi kita demi keamanan? Dan apakah tanggung jawab pengawasan anak seharusnya berada di tangan negara atau tetap menjadi peran utama orang tua? Waktu yang akan menjawab apakah kebijakan ini akan menjadi preseden bagi negara-negara lain di seluruh dunia.

flyer code

LIVESAYA NETWORK
LIVE sedang offline

Dukungan Anda Berarti

Situs ini didanai oleh iklan untuk bisa terus membuat konten game dan pop culture. Mohon matikan AdBlock untuk melihat halaman ini.