Gue yakin, ada dua misteri terbesar di dunia pop kultur saat ini. Pertama, siapa sih yang masih beli game bola tahunan itu? Kedua, kok bisa Demon Slayer (Kimetsu no Yaiba) meledak se-fenomenal ini?
Serius, coba kita lihat datanya. Film Mugen Train aja bisa nembus lebih dari 40 miliar Yen di Jepang, jadi film terlaris sepanjang masa di sana. Itu angka yang gila banget. Padahal, kalau dipikir-pikir, ceritanya cukup standar: cowok baik hati yang adiknya jadi iblis, terus dia berjuang buat balikin adiknya jadi manusia lagi. Selesai.
Tapi, di situlah letak sihirnya. Rahasia kesuksesan Demon Slayer itu ada di dua hal: penceritaan manga yang super padat emosi dan adaptasi anime dari studio Ufotable yang visualnya bukan main.
Koyoharu Gotouge, sang mangaka, jago banget bikin kita peduli sama setiap karakter, bahkan sama iblisnya sekalipun. Tiap ada adegan "flashback" sebelum iblisnya kalah, entah kenapa kita jadi ikutan nyesek. Emosi kita dipermainkan dengan sangat ahli.
Sayangnya, manga-nya punya kelemahan di adegan pertarungan yang kadang terasa kaku dan kurang berdampak. Nah, di sinilah Ufotable masuk sebagai pahlawan. Mereka menyulap adegan-adegan itu jadi pertarungan super epik dengan efek visual yang bikin mata melotot. Bisa dibilang, Ufotable memberikan nyawa kedua bagi Demon Slayer.
Lalu, gimana kalau formula "cerita emosional + visual gokil" ini diadaptasi jadi game? Jawabannya ada di CyberConnect2 (CC2). Studio ini udah jadi ahlinya game adaptasi anime. Liat aja seri Naruto: Ultimate Ninja Storm atau Dragon Ball Z: Kakarot, semuanya sukses besar. Jadi, waktu mereka yang pegang lisensi Demon Slayer, ekspektasi fans langsung meroket.
Masuklah kita ke Demon Slayer: The Hinokami Chronicles 2. Game ini melanjutkan cerita dari seri pertamanya, langsung tancap gas ke tiga arc paling seru: "Entertainment District Arc," "Swordsmith Village Arc," dan "Hashira Training Arc."
Alur permainannya sendiri terbagi dua. Ada mode eksplorasi di mana kita jalan-jalan di lokasi ikonik, ngobrol sama NPC, dan ngumpulin item-item tersembunyi. Di ujung setiap chapter, kita bakal berhadapan langsung sama Boss dalam pertarungan epik.
Soal sistem tarungnya, CC2 sengaja membuatnya simpel. Cuma ada tombol serangan biasa, jurus, tangkapan, Ultimate, dan ganti karakter. Keliatannya dangkal, ya? Eits, jangan salah. Coba deh kamu liat video para pemain pro di YouTube, combo-combo mereka bisa bikin pusing saking rumit dan cepatnya. Gampang dipelajari, tapi susah banget buat jadi master.
Visualnya? Gak perlu ditanya lagi. Game ini pakai gaya cel-shading yang bikin grafis 3D-nya kelihatan persis kayak anime 2D. Rasanya kayak lagi nonton animenya, tapi kali ini kita yang pegang kendali. Adegan paling berkesan buat gue adalah saat Zenitsu pasang muka "konyol"-nya yang super absurd di penginapan Distrik Hiburan. CC2 berhasil mereplika ekspresi yang di anime digambar tangan itu dengan sempurna lewat model 3D. Keren abis!
Sama seperti game pertamanya, di sini juga banyak banget barang koleksi yang bisa dicari, namanya "Memory Fragments". Ini semacam kepingan cerita tambahan yang melengkapi plot utama. Isinya kadang cerita sampingan yang lucu atau momen-momen kecil yang bikin kita makin kenal sama karakternya.
Masalahnya, di game pertama, nyari barang-barang ini rasanya kayak kerja rodi. Cuma lari-lari di peta yang kosong dan monoton. Untungnya, di seri kedua ini CC2 belajar dari kesalahan. Mereka nambahin banyak mini-game, sistem lari cepat, dan panjat tebing biar eksplorasinya gak ngebosenin. Mungkin ini hasil "contekan" dari game spin-off Demon Slayer lainnya, tapi hei, yang penting berhasil!
Ritme cerita di game ini juga patut diacungi jempol. Karena durasinya terbatas, CC2 harus pintar-pintar memadatkan puluhan episode anime jadi game yang ringkas. Hasilnya? Gak ada lagi adegan bertele-tele. Setiap momen penting, pertarungan paling pecah, dan "flashback" yang bikin nangis semuanya ada. Main dari awal sampai akhir rasanya puas banget.
Tapi, ada satu hal yang bikin gue agak kecewa. Game ini gak menyertakan versi remake dari arc di game pertama. Padahal, mode eksplorasi game pertama itu terasa lambat dan butuh perbaikan. Sebagai gantinya, mereka cuma kasih mode "Kiseki no Kiseki" (Jejak Pembasmi Iblis), yang isinya cuma pertarungan Boss Rush dari game pertama dengan narasi singkat. Sayang banget, ini kayak makan steak tapi cuma dikasih garemnya doang.
Kesimpulan Akhir
Jadi, Demon Slayer: The Hinokami Chronicles 2 ini worth it gak? Jawaban singkatnya: IYA BANGET, terutama kalau kamu fans beratnya. Game ini adalah surat cinta dari developer untuk para penggemar. Visualnya memukau, pertarungannya seru, dan ceritanya merangkum momen-momen terbaik dari animenya dengan sangat baik. Kalau kamu pengen merasakan kembali hype Demon Slayer dengan cara yang interaktif, ini adalah pilihan yang paling tepat.
Tags:
Demon Slayer, Kimetsu no Yaiba, Hinokami Chronicles 2, Review Game, Game Anime, CyberConnect2, PS5, Game Fighting, Ufotable, Tanjiro, Game Wibu